Model Kesiapan Penerimaan Teknologi

Membaca sekaligus memahami sebuah jurnal bukan pekerjaan mudah, buat saya. Apalagi jurnal bukan berbahasa Indonesia. Sulitnya bertumpuk-tumpuk jadi malas…hehehe… Tapi, mau tidak mau, suka tidak suka, harus dijalani tho. Lama-lama jadi terbiasa dan nikmat. Semakin dijalani semakin cwuintaaaahhhh…hehehehe.

Saya baru saja menemukan jurnal bagus. Judulnya “ The effect of service employees’ technology readiness on technology acceptance”. Penulisnya Rita Walczuch,  Jos Lemmink, dan Sandra Streukens. Dirilis dari Science Direct di Journal of Information & Management (2007) Vol 44, page 206-215. Lengkap amat informasinya…hehehe… Yaa..siapa tahu ada yang mensitasi. Kalau saya sih, mau :D.

Jadi begini, penelitian tentang perilaku dalam penggunaan teknologi telah banyak dilakukan dengan menggunakan metode TAM, Technology Acceptance Model. TAM merupakan salah satu pengembangan metode TRA, Theory of Reasoned Action, untuk menilai perilaku pengguna teknologi/sistem informasi berdasarkan variabel tertentu dan keterkaitan antar variabel. TAM yang dikembangkan oleh Davis menjadi salah satu metode untuk mengukur penerimaan user terhadap teknologi/sistem informasi. TAM mengukur penggunaan teknologi/SI terhadap dua variabel terikt yaitu kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahaan penggunaan persepsian (perceived ease of use).

 

Selain pengukuran terhadap penggunaan teknologi, penilaian perilaku terhadap teknologi/SI yang lain adalah index kesiapan user, Technology Readiness Index (TRI). Menurut penelitian Parasuraman (2000), TRI digunakan untuk mengukur kesiapan user dalam menggunakan teknologi baru dengan indikator empat variabel kepribadian : optimisme (optimism), inovasi (innovativeness), ketidaknyamanan (discomfort), dan ketidak-amanan (insecurity). Parasuraman mengidentifikasi, seseorang yang optimis dan berinovasi, serta memiliki sedikit rasa tidaknyaman dan tidak aman akan lebih siap menggunakan teknologi baru.

  • Optimisme, sikap pandang positif terhadap teknologi. Percaya bahwa teknologi akan meningkatkan kontrol, fleksibilitas, dan efisiensi dalam kehidupan.
  • Inovatif, sikap tendensi untuk yang pertama menggunakan teknologi baru.
  • Ketidaknyamanan, memiliki sikapsulit mengontrol dan cenderung kewalahan berhadapan dengan teknologi
  • Ketidak-amanan, memiliki kecurigaan terhadap keamaanan teknologi dan alasan keamanan data pribadi.

 

Walczuch., et.al mencoba merumuskan, apakah TRI bersifat enteseden terhadap penerimaan teknologi: apakah perilaku umum seseorang terhadap teknologi mempunyai akibat terhadap kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian terhadap teknologi tersebut. Maka, Walczuch., et.al menngkolaborasi TAM dan TRI untuk melihat hubungan antar variabel TRI dan TAM.

Model Kolaborasi TRI-TAM

Dari model ini dapat dirumuskan hipotesa:

H1a : user yang optimis terhadap sebuah teknologi berkolerasi tinggi terhadap kemudahan penggunaan persepsian.

H1b : user yang optimis terhadap teknologiberkolerasi tingi terhadap kegunaan persepsian

 

H2a : user berinovasi tinggi terhadap sebuah teknologi berkolerasi tinggi terhadap kemudahan penggunaan persepsian.

H2b : user yang berinovasi tinggi terhadap teknologiberkolerasi tingi terhadap kegunaan persepsian

 

H3a: user yang memiliki ketidaknyaman tinggi terhadap sebuah teknologi berkolerasi rendah terhadap kemudahan penggunaan persepsian.

H3b : user yang memiliki ketidaknyaman tinggi terhadap teknologiberkolerasi tingi terhadap kegunaan persepsian

 

H4a: user yang memiliki ketidak-amanan tinggi terhadap sebuah teknologi berkolerasi rendah terhadap kemudahan penggunaan persepsian.

H3b : user yang memiliki ketidak-amanan tinggi terhadap teknologiberkolerasi tingi terhadap kegunaan persepsian

 

Efek korelasi antar variabel TRI dan Tam mengerucut pada hipotesa kelima,

H5 : ada hubungan positif antara kemudahan penggunaan persepsian dan kegunaan persepsian terhapa teknologi baru.

 

Oleh Walzcuzh., et. al, data dianalisis dengan pendekatan skewness dan kurtosis, determinan. Pendekatan model dengan teknisk SEM (structural equation model). Mungkin bisa juga menggunakan SPSS atau PLS. Sebenarnya, Walzcuch memberikan model untuk kuesioner, tentunya akan menjadi penelitian kuantitatif ya, jadi lebih memudahkan kita untuk mengkaji perilaku kesiapan penerimaan teknologi baru.

18 thoughts on “Model Kesiapan Penerimaan Teknologi

    • wah, ntar kalo dikirim ga cocok dengan yang diinginkan. coba langsung ke google scholar aja ya, pakai key model kesiapan atau acceptance model. saya yakin banyak jurnal bagus disana dan up2date 🙂

Leave a comment