Sampah-Sampah Seminar (Not Go Green)

Sering menghadiri seminar? Internasional, nasional, atau skala lokal? Pastinya sering sekali ya. Apa sih yang sering sekali kita dapatkan saat menghadiri seminar. Merchandise atau seminar kit yang sering dibagikan oleh penyelenggara?

Tas, dengan model kotak disampirkan di bahu. Terkadang, yang agak mendingan backpack. Yang paling sering tas kertas berlogo event dan penyelenggara dan stopmap plastik. Isinya? Hmmm…block note (pasti banget), pena (yang lebih sering macetnya), pensil (terutama kalau diselenggarakan di hotel), rupa-rupa brosur (terutama kalau penyelenggaranya perguruan tinggi), makalah-makalah seminar, dan sekarang yang lagi trend CD. Konten CD bisa profile penyelenggara dan presentasi pembicara.

Penyelenggara dan tema seminar boleh beda, tapi merchandise-nya ga beda. Bagi saya, beberapa merchandise itu hanyalah sampah terutama yang paper based (blocknote dan makalah). Menuh-menuhin tas dan meja saya. Tidak terpakai, malah kadang terbuang. Alasannya sederhana aja:

  • Tas merchandise jarang sekali yang good design. Buatan lokal sih, tapi bukan berarti menjadi tidak bagus khan. Design-nya mass customized sehingga tidak ada bedanya satu seminar dengan seminar lain. Membosankan kadang. Yang lebih tidak menyenangkan, jahitannya tidak rapi dan kuat. Beberapa kali pakai bisa jebol. Akhirnya tas-tas tersebut jarang (bahkan tidak pernah) saya gunakan. Menumpuk di lemari. Beruntung ada yang mau menampung biasanya anak-anak keluarga kurang mampu. Tapi kasian khan di kasih tas yang ada tulisan event dan not to designed for kids. Kalau tas dari kertas, cepat rusak. Ya robek, ya kusut, ya talinya pedot, apalagi kalo kena air. Beuhhh…
  • Baru sekali ini kotak pensil saya penuh dengan pena dan pensil. Sekarang jadi jarang beli alat tulis lagi :D. Satu pena baru habis 2-3 bulan… kalau dipakai terus. Berhubung sekarang lebih sering “mengetik” daripada “menulis”, satu pena bisa awet 1 tahun lebih!! Karena cuman buat tanda tangan doang. Menumpuklah pena-pena tersebut. Beruntung (lagi) punya ponakan yang masih SD, jadi bisa disalurkan.
  • Blocknote…baru beberapa kali menghadiri seminar, notes saya sudah numpuk. Tersimpan rapi di amplo plastik (hasil seminar juga). Saat seminar, saya jarang menulis di notes (yang dibagikan). Lebih suka langsung di laptop atau agenda. Lebih terarsip dengan baik dari pada di notes-notes yang akan tercecer. Tiap seminar menulis di notes yang berbeda sehingga tidak terdokumentasi dengan baik.
  • Makalah-makalah…. aduu yang ini benar-benar menuh-menuhin tas. Terkadang yang lucu, penyelenggara membagikan makalah dan CD (berkonten makalah) sekaligus. Ga paperless kan. Kenapa tidak CD saja, bisa diarsipkan dengan lebih baik bahkan bisa disampaikan kembali.
  • Brosur-brosur….duhh…ini lebih-lebih lagi. Bukan tidak menghargai niat marketing penyelenggara. Tapi saya merasa malah jadi useless karena bukan niche market. Bahkan tidak jarang, brosur tersebut tidak menjadi sarana promosi tapi untuk membuat kesan “wah, tasnya berat. pasti isinya ok ni…”

Alasan-alasan itu yang akhirnya saya lebih sering mengumpulkan sampah-sampah saat seminar. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada penyelenggara (mudah-mudahan masih diundang hadir seminar :D) kenapa tidak kita ubah saja cara tradisi pemberian merchandise seminar. Karena sebagian besar merchandise adalah paper based sehingga sangat tidak Go Green. Jika menghadiri seminar, saya lebih menginginkan diberi ini karena insyaAllah lebih bermanfaat dan ga jadi sampah :D.

  • Makalah seminar dalam bentuk CD plus dikasih software (minimal demo-nya) produk penyelenggara. Apalagi kalau penyelenggaranya perguruan tinggi. Sekalian promosi tuh :D.
  • Presentation Pointer. hmmm….bisa digunakan untuk presentasi, apalagi kalau yang bluetooth. Wuihhh….
  • Jam. Bisa jam dinding, jam tangan, atau weker. Sekaligus mengingatkan peserta seminar untuk tidak telat hadir dan kelamaan saat coffe break.
  • Lunch tool…hehehe…perlengkapan perbekalan. Bermanfaat banget untuk pekerja seperti saya yang mengandalkan bekal rumahan. Setipe Tupperware ga nolak kok.
  • Hot/cold Tumbler. Seperti botol air minum yang bisa untuk air panas dan dinging. Diisi kopi, teh anget, milo…waa asyik tuh.

4 thoughts on “Sampah-Sampah Seminar (Not Go Green)

  1. wah, itu mah kepinginannya mba bigina aja. hehe. IT banget dah pokoknya. nah sekarang gimana kalo misalkan peserta seminar bukan orang IT dan ga pernah (jarang) pegang laptop. mereka lebih senang dikasih makalah dalam bentuk kertas donk pastinya. apalagi untuk orang-orang yang mobilenya tinggi banget (suka jalan). mana sempet buka-buka CD en bahan-bahan presentasi. 😆

    • hehehe..tau aja pingin saya :P. agak susah juga kalau peserta seminar tipikal semacam itu dan sepertinya…angkatan senior ya, yang udah tua-tua…hehehe. karena umumnya peserta yang “digital age” sudah familiar dengan laptop/komputer. Jadi enaknya gimana nih?? (malah balik nanya :P)

  2. sya says:

    CD + presentasi pointer okelah. murah dan praktis. skr mulai byk yg ngasi 2 point itu kan ?
    tp klo jam, lunch tool dan thumbler ?? ini mah ngrepotin panitia. krn smua seminar kit harus dikasi ‘cap’ seminar, kata mereka sih biar kelihatan lbh elegant (padahal lom tentu ya:p). selain itu biayanya jd lbh besar. dimana2 yg ngadain acara ga mo rugi dong, jadi pilih yg murah dan terlihat bentuk dan ukurannya.

    • jam murah lhooo…jam dinding aja..hehehe. memang lumayan mahal sih, tapi kan kepake (gamorugi.com :P). ada ide ga kalau ngadain seminar, merchandise yang ok dan bermanfaat buat peserta. ayolah….sapa tahu jadi panitia ni 😀

Leave a reply to sya Cancel reply